Perceraian, Biang Kerok Kesejahteraan Keluarga Memburuk

Perceraian, Biang Kerok Kesejahteraan Keluarga Memburuk - Image Caption


News24xx.com -  -Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, menekankan pentingnya komunikasi keluarga untuk terbentuknya keluarga sejahtera dan berkualitas. Melalui komunikasi keluarga yang baik, angka perceraian juga dapat dicegah dan  ditekan.

Perceraian dianggap menjadi salah satu biang kerok kesejahteraan keluarga menjadi memburuk. Potensi pembangunan keluarga berkualitas pun akan semakin rendah karena perceraian. Maka, hal itu harus bisa dicegah, termasuk melalui satu langkah yaitu komunikasi dalam keluarga.

Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Keluarga Nasional ke-31 pada 29 Juni 2024, kepada 500 Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kabupaten Purworejo, dokter Hasto mengajak untuk mengingat kembali 8 Fungsi Keluarga. Tak lain, semua itu agar keluarga sejahtera yang berkualitas bisa terwujud.

Besar harapan dokter Hasto keluarga mampu terhindar dari perceraian, kemiskinan ekstrem, stunting, dan menjadi keluarga berkualitas. “Keluarga berkualitas itu penting, supaya bisa betul-betul menopang kehidupan dan harus cerdas. Keluarga yang dianggap berkualitas itu adalah keluarga yang tenteram, mandiri dan  bahagia,” ungkap dokter Hasto.

Berkomunikasi dan Bekerjasama

Siti Maryati, satu dari sekian banyak kader TPK yang diajak berdialog dokter Hasto menjelaskan pengalaman dirinya dalam melakukan komunikasi keluarga. Menurutnya, dalam berkeluarga haruslah bekerjasama. Tidak mengandalkan satu pihak. Keduanya sebagai suami istri mau saling mengambil peran dan berbagi.

Kerjasama ini pun harus dikomunikasikan. Karena kerjasama tanpa komunikasi akan serba salah. Sekecil apapun komunikasi yang dibangun akan berdampak pada langkah keluarga selanjutnya.

“Untuk membangun keluarga yang tenteram, hal pertama yang saya dan suami saya tanamkan adalah agama sebagai fondasi keluarga kami. Kemudian kerjasama saya dengan suami. Selalu menyelesaikan apapun itu entah dari pekerjaan saya ataupun rumah tangga,” jelas Maryati.

Maryati mencontohkan salah satu kerjasama yang biasa ia lakukan bersama sang suami. Ibu dengan dua anak ini saling berbagi tugas untuk menyiapkan kedua anaknya ketika akan pergi ke sekolah. “Di pagi hari kami berbagi tugas. Saya menyiapkan sarapan pagi, bapaknya yang mengantarkan anak ke sekolah. Sesederhana itu,” kata Maryati.

Dalam menghadapi masalah, Maryati pun mengedepankan komunikasi sebagai media untuk menemukan solusi. Ia bercerita jika ia bersama suami selalu meluangkan waktu sebelum tidur, untuk berdialog dari hati ke hati tentang apa yang sudah terjadi di hari ini.

Mereka saling mencurahkan rasa lelah, ataupun bercerita tentang tumbuh kembang anak dan saling menguatkan sebagai seorang pasangan suami istri yang mempunyai mimpi.

“Komunikasi saya itu selalu setiap malam sebelum tidur ada metime. Kami saling sampaikan emosi lelah selama sehari itu, sebelum akhirnya tidur untuk beritirahat,” ungkapnya.

Cerita yang disampaikan oleh Maryati disambut baik oleh Kepala BKKBN. Menurutnya, yang dilakukan oleh maryati adalah hal yang sangat luar biasa. Hal yang patut dijadikan contoh untuk para keluarga ketika sedang berhadapan dengan masalah.

Bahkan tak ragu dr. Hasto berharap jika para kader TPK mampu menjadi role model dari keluarga yang mandiri dan sejahtera. “Harapan saya TPK menjadi teladan, maka tadi ada yang saya ajak dialog bagaimana cara dia meneladani cara berkehidupan keluarga. Saya berharap betul TPK menjadi “best practice” nya untuk keluarga. Para  tetangga bisa mencontoh,” kata dokter Hasto.

Dalam berkomunikasi dalam keluarga, ada  hal yang juga patut dikedepankan. Seperti menahan ego paling benar, ego paling berkuasa, termasuk perasaan selalu salah yang terlalu berlebihan. Berkomunikasi antara sepasang suami istri haruslah dari hati ke hati.

Cegah Perceraian

“Curahkan perasaan pakai rasa, bukan logika. Bukan argumen, tapi sentimen. Agar keluarga kita tenteram. Saya berpesan bapak ibu mari cegah perceraian, di momentum Hari Keluarga ini cegah terjadinya perceraian,” pungkas dokter Hasto menutup arahannya pada kegiatan ‘Sinergi dan Kolaborasi Tenaga Lini Lapangan Untuk Mensukseskan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Dalam Rangka Harganas Ke-31 Tahun 2024’ di Pendopo Kabupaten Purworejo, Jumat (21/06/2024).

Perihal stunting, dokter  Hasto optimis bila Kabupaten Purworejo bisa menekan stunting sampai di bawah 14 persen. Termasuk dalam hal bonus demografi, kendati Kabupaten Purworejo telah memasuki era bonus demografi lebih cepat dibanding daerah lainya.

Dokter Hasto juga tetap optimis jika Purworejo mampu memberikan sumbangsih besar dalam terwujudnya generasi emas Indonesia di tahun 2045.

Kabupaten Purworejo menurut Survey Kesehatan Indonesia (SKI), memiliki nilai stunting di angka 20,6 persen pada  2023. Angka tersebut mengalami penurunan 0,7 persen dari  2022 sebesar 21,3 persen. Nilai stunting Kabupaten Purworejo tahun 2023 ini di bawah rata-rata nasional yang berada di angka 21,5 persen.

Dalam hal target kinerja bidang KB tahun 2024, Kepala Dinsos Dalduk KB Kabupaten Purworejo, Ahmad Zainudin SIP, MM menyampaikan jika di semester pertama tahun ini Kabupaten Purworejo telah mencapai 60,73 persen pada Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) dari target awal 62 persen.

Adapun capaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang menyentuh 22,98 persen dari target 34,10 persen. Dan ‘unmet need’ tercapai 11,45 persen dari target 16,10 persen untuk tahun 2024. ***