Netizen Menyoroti Doa Menteri Agama dalam Peringatan Kemerdekaan ke-79 di IKN
News24xx.com - Pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79, yang diselenggarakan di Ibu Kota Nusantara (IKN), perhatian publik tertuju pada doa yang dipanjatkan oleh Menteri Agama RI, Yaqud Cholil Qoumas. Doa tersebut menjadi perbincangan luas karena dinilai mengandung sindiran terhadap sejumlah pihak dan menyentuh isu-isu krusial yang dihadapi bangsa saat ini.
Dalam doanya, Yaqud mengingatkan bangsa Indonesia akan perjuangan panjang melawan penjajahan asing. Namun, ia juga menekankan bahwa saat ini, Indonesia menghadapi bentuk penjajahan baru yang berasal dari dalam diri sendiri—yaitu nafsu dan kedengkian. Ia mengingatkan bahwa setelah berhasil mengusir penjajah fisik, bangsa Indonesia kini harus melawan penjajahan yang lebih subtil, yang berakar pada egoisme dan iri hati.
Yaqud menyampaikan bahwa nafsu merupakan dorongan yang sering kali egois dan mementingkan kepentingan pribadi, sementara kedengkian adalah perasaan iri terhadap keberhasilan orang lain. Kedua hal ini, menurutnya, berpotensi menghambat kemajuan bangsa dan menciptakan perpecahan.
Bagian penting dari doa tersebut adalah permohonan agar Tuhan membuka hati bangsa Indonesia untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Pesan ini sangat relevan dengan situasi sosial dan politik saat ini, di mana sering kali kepentingan kelompok atau individu lebih diutamakan daripada kepentingan nasional.
Doa yang disampaikan oleh Menteri Agama ini segera menarik perhatian netizen, khususnya di platform media sosial X. Banyak yang mengapresiasi pesan yang disampaikan, meskipun ada juga yang menafsirkan doa tersebut sebagai kritik terselubung terhadap situasi politik dalam negeri. Salah satu komentar yang menarik datang dari akun @gojien_ra yang menulis, "Waduh, menyindir dengan doa." Komentar ini mencerminkan interpretasi sebagian masyarakat bahwa doa tersebut mengandung kritik terhadap pihak-pihak tertentu yang dianggap lebih mementingkan diri sendiri daripada bangsa.
Pesan dalam doa tersebut mengingatkan kita semua bahwa meskipun penjajahan fisik telah lama usai, tantangan dari dalam, seperti nafsu dan kedengkian, masih menjadi ancaman yang serius. Tantangan ini harus dihadapi dengan kebersamaan, saling menghormati, dan mengutamakan kepentingan nasional di atas segalanya.