Temuan Kementan dan Satgas Pangan, 212 Merek Beras Beredar di Masyarakat Diduga Oplosan

Temuan Kementan dan Satgas Pangan, 212 Merek Beras Beredar di Masyarakat Diduga Oplosan - Image Caption
News24xx.com - Sungguh mencengangkan, Kementerian Pertanian (Kementan) dan Satgas Pangan menemukan praktik pengoplosan beras. Ada 212 merek beras yang beredar di masyarakat tidak sesuai dengan standar kualitas atau patut diduga hasil oplosan.
Ketua DPR RI Puan Maharani ikut bicara terkait temuan tersebut sebagai bentuk pembohongan publik yang sangat merugikan rakyat kecil. Praktik kecurangan seperti ini tidak boleh dibiarkan, aparat penegak hukum harus segera mengambil tindakan.
Rakyat jangan menjadi korban permainan kotor dari pasar yang curang. “Ini bentuk kejajatan yang langsung menyasar kehidupan rakyat di tengah tekanan ekonomi,” kata Puan Maharani mengomentari praktik beras oplosan itu,” Selasa (15/7/2025).
Pemerintah didesak segera bertindak dan mengambil langkah-langkah strategis guna memulihkan kepercayaan publik dan memastikan perlindungan bagi konsumen. Penegak hukum harus segera mengusut tidak hanya pelaku teknis, tetapi jaringan distribusi dan korporasi besar di balik praktik manipulatif ini.
Puan menyarankan perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem distribusi beras selama ini. Termasuk peran BUMN dan mitra swasta harus dilakukan agar berpihak pada konsumen dan petani tidak dirugikan.
Dikatakan Ketua DPR RI Puan Maharani, praktik pengoplosan beras bukan semata-mata soal perdagangan, tetapi menyangkut hak dasar masyarakat atas pangan yang layak, terjangkau serta jujur secara informasi.
Negara, lanjut Puan, harus bertindak tegas agar distribusi pangan tidak dikendalikan mafia beras atau pelaku usaha yang mengabaikan etika dan hukum. “Aparat penegak hukum harus menindak tegas mafia beras,” tegasnya.
Sebelumnya pihak Kementan dan Satgas Pangan menemukan 212 merek beras di 10 provinsi yang diduga merupakan beras hasil oplosan. Dari temuan tersebut, 86 persen beras yang diklaim sebagai premium atau medium ternyata hanyalah beras biasa, tidak sesuai standar.
Temuan ini hasil investigasi mutu dan harga beras yang dilakukan sejak 6-23 Juni 2025 mencakup 268 sampel dari 212 merek yang tersebar di 10 provinsi. Sampel dibagi dalam dua kategori, premium dan medium.
Fokus utama investigasi pada parameter mutu seperti kadar air, persentase beras kepala, butir patah dan derajat sosoh. Hasilnya, 85,56 persen beras premium tidak sesuai standar mutu yang ditetapkan.
Selain itu, 88,24 persen beras medium juga tidak memenuhi standar mutu SNI. Bahkan 95,12 persen beras medium dijual dengan harga di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) dan 9,38 persen memiliki selisih berat yang lebih rendah dari yang tercantum pada kemasan. ***