30 Persen Kasus Bunuh Diri di Singapura Usia Muda, Inilah Pemicunya

30 Persen Kasus Bunuh Diri di Singapura Usia Muda, Inilah Pemicunya - Image Caption


News24xx.com -  Tren kasus bunuh diri di Singapura dilaporkan mulai menurun pada 2023 dengan total 322 kasus. Catatan ini menjadi rekor terendah sejak 2000. Menurun sebanyak 32,4 persen dari 2022.

Meski tampak sedikit melegakan, kekhawatiran pemerintah setempat meningkat di tengah tren kasus bunuh diri masih tinggi di usia muda.

Pada 2023, mereka yang berada di bawah 29 tahun menyumbang hampir 30 persen dari kasus bunuh diri, dengan hampir sepertiganya berusia antara 10 hingga 19 tahun.

Sebuah studi Universitas Manajemen Singapura pada bulan April menemukan hanya satu dari tiga warga Singapura yang akan membantu seseorang ingin bunuh diri, dengan tujuh dari 10 responden khawatir mereka malah memperburuk keadaan.

Menurut survei nasional pertama tentang kesehatan mental kaum muda oleh Institute of Mental Health (IMH) yang dirilis 19 September, satu dari tiga orang berusia antara 15 dan 35 tahun di Singapura mengalami gejala depresi, kecemasan, atau stres parah dan sangat parah.

Selain stresor seperti ekspektasi akademis, hubungan sosial, dan eksplorasi identitas pribadi, kaum muda masa kini menghadapi tekanan yang tidak dialami oleh generasi yang lebih tua yaitu, media sosial. Platform seperti Instagram dan TikTok dapat menumbuhkan kreativitas tetapi sering kali memperkuat perasaan tidak mampu karena kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Banyak yang mengukur harga diri mereka terhadap kehidupan yang dilihat secara daring, di media sosial. Perundungan siber merupakan stresor lainnya.

Anonimitas internet memungkinkan para perundung untuk membully orang lain tanpa takut akan konsekuensinya, sehingga membuat korban merasa terisolasi. Meskipun banyak kaum muda dapat mengatasinya dengan baik, beberapa mengalami kesulitan karena kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, ketidakstabilan keluarga, atau kurangnya dukungan sosial.

Harapan dimulai pada masa kanak-kanak melalui hubungan yang saling percaya dan berkembang seiring pertumbuhan anak-anak. Ketika harapan memudar, keputusasaan dapat muncul.

"Suatu kondisi saat orang merasa terjebak, tidak dapat melihat jalan keluar. Ini adalah salah satu prediktor terkuat dari perilaku bunuh diri," jelas Konsultan Senior dan Direktur Medis di Connections MindHealth de Jared Ng, dikutip dari CNA Kamis (3/10/2024).

"Tidak seperti orang dewasa, remaja memiliki lebih sedikit mekanisme koping dan mungkin kesulitan mengelola emosi yang kuat. Impulsivitas mereka meningkatkan risiko, karena mereka mungkin bertindak gegabah saat berpikir untuk bunuh diri tanpa mempertimbangkan konsekuensinya sepenuhnya," lanjut pria yang sebelumnya menjabat Kepala Departemen Perawatan Darurat dan Krisis di Institute of Mental Health.

Ia memberikan catatan, dengan bimbingan, remaja dapat mempelajari mekanisme koping. Intervensi dini, seperti mengajarkan keterampilan memecahkan masalah yang dapat membantu mengelola impulsivitas dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Waspadai tanda-tanda peringatan umum keinginan bunuh diri:

  • Menjauh dari keluarga, teman, dan aktivitas rutin
  • Perubahan suasana hati, seperti marah, mudah tersinggung, sedih, atau tiba-tiba tenang setelah mengalami tekanan
  • Berbicara atau menulis catatan tentang kematian, keputusasaan, atau mengucapkan selamat tinggal
  • Memberikan barang-barang pribadi atau membuat pengaturan akhir
  • Penurunan prestasi sekolah secara tiba-tiba Perubahan yang tidak dapat dijelaskan dalam tidur, makan, atau kebersihan pribadi

Ciri-ciri keinginan bunuh diri yang kerap terlihat dari postingan media sosial:

  • Postingan samar atau mengganggu tentang kematian, isolasi, atau perjuangan eksistensial
  • Perubahan drastis dalam perilaku daring, seperti menghilang dari platform sosial
  • Pesan dari rekan yang mengungkapkan kekhawatiran tentang postingan yang menyedihkan. ***