Pasar Mobil Indonesia Berjuang karena Harga Melonjak dan Pendapatan Rumah Tangga yang Tertinggal

Pasar Mobil Indonesia Berjuang karena Harga Melonjak dan Pendapatan Rumah Tangga yang Tertinggal - Image Caption


News24xx.com -  Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan karena kenaikan harga mobil dan pendapatan rumah tangga yang stagnan membebani daya beli konsumen, yang menyebabkan penurunan penjualan mobil baru.

Sepanjang Januari hingga September 2024, total penjualan grosir mencapai 633.218 unit, turun 16,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 yang mencapai 755.778 unit. Penjualan eceran juga turun 11,9 persen secara tahunan menjadi 657.223 unit dibanding sembilan bulan pertama tahun 2023 yang mencapai 746.246 unit.

Menurut penelitian terkini yang dipresentasikan selama Automotive Industry Roundtable yang diselenggarakan oleh MarkPlus pada hari Rabu, berjudul Navigating The Future of The 4W Industry , kenaikan biaya mobil baru semakin tidak terjangkau bagi banyak konsumen. Ketimpangan ini merupakan alasan utama mengapa konsumen menjauh dari pasar mobil baru.

"Studi kami menemukan bahwa 56 persen konsumen merasa bahwa harga mobil baru tumbuh jauh melampaui tingkat pendapatan mereka, 50 persen percaya pajak kendaraan terlalu tinggi, dan 37 persen terbebani oleh tingginya suku bunga pinjaman mobil," kata Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers.

Iklan

"Selain itu, 26 persen konsumen memilih mobil bekas karena harganya lebih terjangkau. Tren ini menunjukkan bahwa pasar mobil baru semakin sulit dijangkau oleh sebagian besar konsumen," tambah Setiawan.

Tantangan utamanya, kata Setiawan, adalah kontras yang mencolok antara kenaikan harga mobil dan pertumbuhan pendapatan rumah tangga yang lambat. Selama satu dekade terakhir, harga mobil telah meningkat sebesar 37 persen, sementara pendapatan rumah tangga hanya tumbuh sebesar 28 persen selama periode yang sama.

Kesenjangan ini semakin membebani daya beli konsumen. "Harga mobil baru kini melebihi pendapatan rumah tangga tahunan rata-rata, sehingga banyak orang terpaksa memilih mobil bekas atau menunda pembelian sama sekali," lanjut Setiawan.

Preferensi konsumen juga berubah, dengan semakin banyak pembeli yang menyatakan minat pada kendaraan listrik (EV). Meskipun EV menawarkan alternatif yang ramah lingkungan, harganya masih di luar jangkauan banyak orang. Namun, pergeseran ke arah kendaraan yang lebih ramah lingkungan ini memberikan peluang bagi produsen mobil untuk berinovasi sambil mempertahankan harga yang terjangkau.

Meningkatnya suku bunga dari Bank Indonesia (BI) juga memengaruhi keinginan konsumen untuk membeli mobil baru, terutama mereka yang mengandalkan pembiayaan. Suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan cicilan bulanan yang lebih besar, sehingga mobil baru menjadi kurang terjangkau bagi banyak orang.

Iwan Kurniawan, analis senior MarkPlus, menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar konsumen Indonesia masih melakukan riset online sebelum membeli, mereka lebih suka melakukan pembelian secara offline. Tren ini menantang para produsen mobil untuk meningkatkan layanan digital dan jaringan ruang pamer fisik, terutama untuk kendaraan listrik, yang memerlukan verifikasi langsung sebelum pembelian.

Karena harga mobil baru terus meningkat, produsen mobil menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengembangkan strategi yang memenuhi kebutuhan konsumen yang terbebani oleh biaya tinggi. Perusahaan perlu menciptakan kendaraan yang lebih terjangkau agar tetap relevan di pasar yang semakin sulit diakses.

"Dengan peralihan ke kendaraan listrik dan meningkatnya kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan, segmen ini masih menawarkan potensi pasar yang signifikan, asalkan harganya dapat diturunkan dan dibuat lebih terjangkau bagi konsumen Indonesia," pungkas Setiawan.

Setiawan menekankan bahwa inovasi dan strategi untuk meningkatkan daya beli konsumen akan menjadi pendorong utama masa depan industri otomotif Indonesia. Tanpa penyesuaian, pasar mobil baru bisa kehilangan daya tariknya di tengah tantangan ekonomi yang sedang berlangsung.

Menyikapi tren tersebut, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan kendaraan bermotor tahun 2024 dari 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit. Ketua Umum Gaikindo Jongkie Sugiarto menjelaskan bahwa pasar otomotif, khususnya kendaraan penumpang, sedang lesu sepanjang tahun 2024 sehingga mendorong penurunan target tersebut. ***