Pemerintah Tanggapi Protes Mahasiswa: Langkah Penghematan Tak Akan Pengaruhi Pendidikan

Pemerintah Tanggapi Protes Mahasiswa: Langkah Penghematan Tak Akan Pengaruhi Pendidikan - Image Caption


News24xx.com -   Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menanggapi protes mahasiswa terhadap kebijakan penghematan pemerintah dengan memastikan kebijakan tersebut tidak akan berdampak pada sektor pendidikan, termasuk beasiswa.

Prasetyo mengatakan kebijakan tersebut bertujuan untuk memangkas pengeluaran yang tidak produktif, seperti acara seremonial dan konsultan eksternal.

"Menyampaikan pendapat itu wajar, tetapi kami mengimbau kepada para mahasiswa agar lebih jeli. Jumat lalu, Menteri Keuangan dan DPR memastikan bahwa langkah efisiensi anggaran tidak akan memengaruhi pendidikan," katanya di Jakarta, Selasa.

Presiden Prabowo Subianto menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Anggaran pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah (APBN dan APBD) Tahun 2025, yang mengakibatkan pemangkasan anggaran di hampir seluruh kementerian.

Total anggaran sebesar Rp 306,69 triliun ($18,9 miliar) telah dipotong dari anggaran tahun 2025, dengan dana yang dialihkan ke program-program prioritas. Dana tersebut termasuk Rp 100 triliun untuk makanan bergizi gratis bagi anak-anak dan ibu hamil, serta inisiatif untuk kemandirian pangan dan energi serta peningkatan layanan kesehatan.

Pemangkasan tersebut berdampak pada belanja infrastruktur dan menyebabkan ribuan pekerja kontrak pemerintah dirumahkan. Kementerian Keuangan juga menunda program beasiswa bagi karyawan.

Prasetyo mengatakan program pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar yang memberikan bantuan dana Rp450.000-Rp1,8 juta kepada 18,6 juta siswa yang memenuhi syarat, serta beasiswa dan Badan Pengelola Dana Pendidikan, akan terus berjalan.

Ia memastikan kebijakan efisiensi anggaran tidak akan dicabut. Tujuan kebijakan tersebut adalah untuk mengurangi pengeluaran yang tidak produktif, termasuk untuk acara seremonial, seminar, dan Focus Group Discussion (FGD).

Terkait slogan "Indonesia Gelap" yang digunakan dalam aksi unjuk rasa tersebut, Prasetyo mengakui hal itu sebagai bagian dari kebebasan berekspresi, namun mendesak agar kebijakan tersebut tidak disalahpahami.

"Tidak ada 'Indonesia yang gelap'. Kita sedang menuju Indonesia yang sedang bangkit. Kita, sebagai bangsa, harus tetap optimis; kita berada di perahu yang sama, di kapal yang sama," katanya.

Prasetyo juga meminta dukungan bagi pemerintahan baru terpilih Prabowo Subianto, yang telah menjabat selama 100 hari, sambil terus mencari solusi, meskipun mungkin tidak memuaskan semua pihak.

"Kami terus mencari cara dan solusi. Mungkin belum semua pihak senang, mungkin ada yang belum bisa menerima. Itu hal yang wajar," imbuhnya.

Demonstrasi mahasiswa yang berlangsung di Jakarta Pusat, Senin, diikuti ribuan mahasiswa dari Jakarta, Bandung, Lampung, Surabaya, Malang, Samarinda, Banjarmasin, Aceh, dan Bali.

Di antara tuntutan yang disuarakan dalam unjuk rasa itu adalah merestrukturisasi kabinet, mendesak presiden mengeluarkan peraturan pemerintah tentang perampasan aset bagi koruptor, mengevaluasi pelaksanaan program makanan bergizi gratis, menyelenggarakan pendidikan gratis, dan melaksanakan reformasi kepolisian. ***