Narkoba 'Kush' Hantui Sierra Leone, Banyak Pecandu yang Gali Kuburan Manusia

Narkoba 'Kush' Hantui Sierra Leone, Banyak Pecandu yang Gali Kuburan Manusia - Image Caption


News24xx.com - Maraknya kasus penyalahgunaan narkoba jenis kush di Sierra Leone, Afrika Barat, membuat polisi setempat memperketat pengamanan di kawasan kuburan.

Pasalnya, banyak pecandu kush yang menggali makam untuk mendapatkan kerangka manusia, yang menjadi salah salah satu bahan untuk membuat obat tersebut.

Kush sendiri merupakan campuran zat adiktif psikoaktif yang telah 'lazim' digunakan di negara tersebut selama bertahun-tahun. Obat itu terbuat dari campuran zat kimia berbahaya marijuana, herbal, desinfektan, dan tulang manusia yang telah dihaluskan.

Demi mendapatkan bahan obat tersebut, tak sedikit anak muda di Freetown, ibukota Sierra Leone, yang nekat menerobos dan menggali kuburan manusia. Hal ini memaksa pihak kepolisian setempat untuk memperketat pengawasan di kawasan makam.

Presiden Sierra Leone, Julius Maada Bio mengatakan negaranya kini harus menghadapi ancaman serius akibat penyalahgunaan narkoba kush.

Efek Samping Penyalahgunaan Kush

Dikutip dari Telegraph, penyalahgunaan kush dapat memicu sejumlah gangguan kesehatan, seperti pembengkakan, infeksi, dan luka terbuka pada kaki pecandunya. Namun, belum ada penjelasan medis yang bisa benar-benar menjelaskan mengenai gejala-gejala tersebut.

Tak hanya itu, kecanduan kush juga dapat memicu masalah kejiwaan yang serius. Kush bisa membuat seseorang mengalami hipnosis dan halusinasi dalam waktu yang cukup lama. Dalam kondisi 'mabuk' tersebut, pengguna kush dilaporkan kerap membenturkan kepala berulang kali ke dinding, berjalan di tengah lalu lintas padat, dan lompat dari tempat tinggi.

Tidak ada data resmi yang mencatat kematian akibat penyalahgunaan kush, namun para praktisi kesehatan memperkirakan sekitar puluhan pengguna kush meninggal setiap minggu di Sierra Leone. Jasad mereka pun kerap dijumpai tergeletak di jalanan atau daerah kumuh.

"Kush adalah obat yang sangat berbahaya seperti heroin atau kokain, kuat, murah, dan mudah didapat. Tidak adanya regulasi dan kontrol yang kuat atas penjualan obat tersebut membuatnya tersebar luas di Afrika Barat," ujar konsultan psikiater di Sierra Leone Psychiatric Teaching Hospital, dr Edward Nahim.

Menurutnya dr Nahim, salah satu faktor pendorong maraknya kasus penyalahgunaan kush adalah karena minimnya lapangan pekerjaan akibat efek pandemi COVID.

"Kurangnya lapangan pekerjaan dan peluang merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan banyak generasi muda menjadi kecanduan narkoba setelah terganggunya perekonomian akibat pandemi COVID," tandasnya. ***